Selasa, 21 April 2015

Bullying di tempat kerja



Bullying
Apa dan Mengapa

Pastinya kita pernah atau sering mendengar kata bully atau bullying ya, mungkin kita termasuk korban bullying atau parahnya lagi kita adalah pelaku bullying itu sendiri. Mungkin dulu waktu kita sekolah atau kuliah kita pernah membully adik kelas atau teman sekelas kita hanya karena kita merasa kita lebih dari mereka. Suatu penyakit psikologis yang bila dipelihara akan berdampak buruk bagi kehidupan selanjutnya. Bisa saja perilaku membully terbawa ke dunia kerja dan kita dengan gampangnya menjadikan rekan sekerja menjadi korban kita selanjutnya. Dan bila itu terjadi berarti ada yang salah dalam proses perkembangan kepribadian kita. Waduhh… Dan tahukah anda, bahwa Indonesia masuk dalam kategori negara dengan tingkat bully no 2 di dunia. Hhhhmm.. ada apa dengan bangsa kita ini ya..?
Bullying sebuah istilah asing yang sudah tidak asing di telinga kita. Dan jadi pertanyaan ni, apakah kita tahu arti kata sederhana tersebut? Sebuah kata sederhana tetapi memiliki arti yg sangat luar biasa. Bullying dari Wikipedia Indonesia, di-Indonesia-kan sebagai penindasan, yakni penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahkan atau mengintimidasi orang lain. Perilaku yg dapat menjadi kebiasaan hingga melibatkan ketidakseimbangan kekuasaan sosial atau fisik. Termasuk didalamnya pelecehan baik secara lisan, atau ancaman, kekerasan fisik atau paksaan dan dapat diarahkan berulang kali terhadap korban tertentu, bisa atas dasar ras, agama, gender, seksualitas atau kemampuan. Penindasan dapat terjadi secara emosional, fisik, verbal dan cyber.  Wow.. berat sangat ternyata. Bila kita berpikir bahwa bullying hanya terjadi di lingkungan sekolah saja dan dilakukan oleh mereka yang masih muda usia dan masih galau akan pencarian jati dirinya, ceile.., ternyata itu salah besar. Di lingkungan yg lebih kompleks lagi seperti lingkungan kerja, ternyata bully membully bisa juga terjadi. Ditempat yg kita sangkakan penghuninya adalah pribadi dewasa ternyata juga diisi dengan pribadi yg belum dewasa secara psikologis.
Kalau dipikir pikir apa sih penyebab sampai seseorang mem-bully orang lain??
Menurut para ahli secara umum ada dua faktor penyebab seseorang membully orang lain, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor internal, seperti kita ketahui yaitu faktor dari dalam diri pelaku misalnya faktor psikologis seperti gangguan kepribadian atau gangguan emosional. Faktor eksternal seperti pengaruh lingkungan, keluarga yang kurang harmonis, kondisi ekonomi keluarga, acara televisi yg kurang mendidik serta kecanggihan teknologi yg memicu cyber bulliying.
Oke lah, kita tau bullying sebuah fenomena yg bisa terjadi dimana saja. So sekarang ini aku mau ngebahas tentang perilaku bullying di kantor atau dimanapun tempat kita bekerja. Menurut situs stopbullyingsa.com.au yg dikutip dari merdeka.com ada 5 faktor penyebab bullying terjadi di tempat kerja yakni;
1.       Faktor kekuasaan atau power, yakni saat seseorang itu menggunakan kekuasaan atau jabatannya untuk menekan orang lain yg dianggap lebih lemah. Faktor ini yg paling sering kita temui ditempat kerja. Seperti senior yg nekan juniornya, ayo ngaku siapa yg pernah ngelakuin ini..?
2.       Rasa percaya diri, yakni saat seseorang membully teman sekantornya untuk mengatasi rasa ketidakmampuan yg dimilikinya dan meningkatkan rasa percaya dirinya.
3.       Perbedaan, yakni saat seseorang membully rekan kantornya karena memandang orang tersebut sebagai penghuni baru atau sosok yg berbeda.
4.       Persepsi Ancaman yakni seseorang membully orang lain di kantor karena menganggap orang tersebut sebagai ancaman bagi pribadinya atau ancaman terhadap posisinya dalam perusahaan. Takut direbut posisinya jd yah dibully dehh.
5.       Budaya organisasi, yakni adanya budaya negatif yg terjadi dikantor dan dianggap adalah hal yg normal. Budaya bully membully yg udah turun temurun dan gak ada yg mau ngerubahnya. Bukannya makin baik ehh malah makin buruk dan tingkat turn over karyawan pun tinggi.

Dan inilah ciri ciri pelaku bully di kantor, kenali dan waspadai, jangan sampai anda mulai memiliki ciri ciri ini, bisa bahaya bagi perkembangan kepribadian anda.. Nahh looo..
v  Sering memerintah atau minta “bantuan” orang lain padahal dia bisa melakukannya.
v  Rekannya takut padanya yg ditandai tidak mau melihat matanya ketika berinteraksi, bukan karena ketegasan tapi karena terintimidasi.
v  Tidak dijadikan sebagai tempat bertanya, bukan karena tidak bisa tetapi karena takut.
v  Sering menggunakan kesusahan dan penderitaan masa lalu untuk mengabaikan penderitaan bawahan sekarang ini.
v  Menyalahkan orang lain setiap ada masalah, sering melimpahkan kekesalan ke sembarang orang yg ditemu terutama yg memiliki posisi di bawahnya.
v  Jarang memberi saran dan sering mengeluh tentang kondisi kerja, tetapi menolak diberi solusi oleh rekan kerja.
v  Hanya ingin bergaul dengan orang terkenal atau punya jabatan di perusahaan.
v  Sering mengabaikan orang lain.
v  Selalu bicara dan tidak mau mendengar.

Dan ketika kita tahu ciri ciri ada baiknya kita menghindar dari orang seperti itu atau kalo harus bergaul dengan mereka jangan sampai kita terpengaruh. Untuk itu ada beberapa cara untuk menangkal bullying atau paling tidak kita jangan sampai jadi korban bullying di kantor. Beberapa cara yg bisa kita tempuh untuk mengarungi lautan bullying ini adalah;
Ø  Observasi, hal pertama yg harus anda lakukan adalah menjadi waspada (ehhem.. kayak bang napi nih..) dan mengamati kekuatan dan kelemahan rekan sekantor, agar jangan sampai amda terseret dinamika lingkungan kerja dan menjadi korban politik kantor.
Ø  Buat mereka terpesona, jika anda diremehkan, buat rekan atau atasan anda terpesona dengan pengetahuan dan kemampuan kinerja anda.
Ø  Jangan memutuskan hubungan, seperti jargon dalam dunia politik, tak ada kawan dan musuh abadi dalam politik, demikian juga tidak ada teman permanen atau musuh permanen di tempat kerja, bekerja bukan sedang membuat keluarga, jangan gampang emosional dan gampang percaya siapapun secara berlebihan (trust me, it happen to me :))
Ø  Berteman dengan pesaing anda, dengan berteman dengan pesaing anda, berarti anda cenderung melucuti senjata mereka dan mereka tidak mendapatkan apa yg mereka inginkan dari anda hingga mereka kehilangan minat untuk membully anda. Ribet ya.. tapi intinya mana ada jeruk makan jeruk..
Ø  Berhenti mengeluh, banyak korban dikantor memilih keluar dari tempat bekerjanya dan pindah ke tempat lain dengan harapan menemukan tempat yg ideal. Ohh lupakan hal itu karena itu cuma dalam mimpi. Karena setiap kantor memiliki politiknya sendiri sendiri dan para penghuninya hanya perlu belajar untuk menanganinya dengan cara yg benar.
Ø  Dan yang paling penting adalah jangan bergosip. Ingat selalu mulutmu harimaumu. Gosip adalah malapetaka yang membuat anda masuk dalam lingkaran setan, lagipula membicarakan keburukan orang lain sudah pasti dosa kan…
So semoga artikel ini bisa berguna bagi kita, untuk menghindarkan diri kita dari ancaman pembullyan atau menghindarkan diri kita menjadi pelaku bully bagi lingkungan kerja kita. Terlebih bagi para pelaku bullying di luar sana ingatlah selalu bahwa diatas langit masih ada langit. So lets make a change dan mari buat lingkungan kerja kita menjadi lingkungan yang lebih ramah bagi sesame pekerjanya. Semoga…:)

Kamis, 28 Agustus 2014



Istilah-istilah dalam Psikologi.

Beberapa istilah yang sering digunakan dalam bidang Psikologi :

1. Acquired characteristics: karakteristik yang diperoleh.
2. Acquisitiveness: kekerasan atau kegigihan untuk memiliki, ketamakan, keserakahan.
3. Act: perbuatan, tindakan, akta, kegiatan.
4. Act psychology: psikologi perbuatan, psikologi akta.
5. Awareness: kesadaran.
6. Act regression: kemunduran tingkah laku.
7. Adaptive act: perbuatan adaptif, perbuatan dapat menyesuaikan diri.
8. Adaptive behavior: tingkah laku adaptif, yang dapat menyesuaikan diri.
9. Ascendance, ascendant behavior: tingkah laku berkuasa, prilaku yang menguasai.
10. Ascendance-submission: kekuasaan, kepatuhan.
11. Authoritarian personality: kepribadian otoriter.
12. Behavior: tingkah laku, kelakuan, perilaku, tindak-tanduk, perangai.
13. Behavioral: berhubungan dengan kelakuan/perangai.
14. Belief dilemma: dilema keyakinan, kepercayaan.
15. Belief vame matriy: acuan atau matres nilai-nilai keyakinan.
16. Child centered: berpusat pada pribadi anak.
17. Child development: perkembangan anak.
18. Collective mind: jiwa kolektif, pikiran (akal, ingatan) kolektif.
19. Conventional stage of moral development: tingkat, taraf konvensioanal perkembangan moral.
20. Development: perkembangan.
21. Development age: usia perkembangan.
22. Developmental stage: tingkat atau taraf perkembangan.
23. Deviate: menyimpang.
24. Deviation: deviasi, penyimpangan.
25. Disposition: disposisi, watak, pembagian, penempatan, pengaturan, kecondongan.
26. Ego anyiety: kecemasan ego.
27. Egocentric: egosentris.
28. Ego defense: pertahanan/pembelaan ego.
29. Emotional: emosional.
30. Excitatory tendency: kecenderungan pada kegairahan.
31. Excitement: kegairahan, kegembiraan, perangsangan.
32. Exhibitionistic attitude: sikap ekshibisionistis.
33. Exploratory behavior: tingkah laku yang suka menyelidiki, menjelajah.
34. Expressive: ekspresif, bersifat menyatakan perasaan.
35. Faculty psychology: psikologi kemampuan/kecakapan.
36. Fath healing: pengobatan dengan menggunakan kebatinan.
37. Frustation: frustasi.
38. Grouf mind: jiwa kelompok.
39. Growth: pertumbuhan, perkembangan.
40. Goal-directed behavior: tingkah laku terarah pada sasaran.
41. Group norm: norma kelompok.
42. Guilt: perasaan bersalah.
43. Habit: kebiasaan.
44. Hate: rasa benci.
45. Higher mental processes: proses mental lebih tinggi.
46. Hope: harapan, asa.
47. Human nature: sifat manusia.
48. Magic: magis.
49. Mania: tingkah laku bengis.
50. Hunger drive: dorongan lapar.
51. Ictal emotions: emosi iktal, luapan emosi.
52. Id psikoanalisis: bagian jiwa.
53. Impliet behavior: tingkah laku implisit.
54. Interbahavioral psychology: psikologi interprika.
55. Jactitation: amat gelisah.
56. Jealousy: iri hati.
57. Lifetime personality: kepribadian tempo hidup.
58. Maintenance: tingkat kemandirian, kemampuan mempertahankan diri.
59. Margin of attention or conciousness: batas perhatian, kesadaran.
60. Mental illness: sakit jiwa, penyakit mental.
61. Mind-blindness: kebutuhan jiwa.
62. Mind-body problem: masalah jiwa badan.
63. Mood: keadaan jiwa, suasana hati.
64. Moral: menyinggung akhlak.
65. Non compos mentis: tidak memiliki kemampuan jiwa.
66. Non consious: tidak sadar.
67. Over behavior: tingkah laku yang bisa diamati.
68. Pain: perasaan sakit, rasa sedih.
69. Personality problem: problem kepribadian.
70. Postconventional stage of moral development: tingkat/taraf pascakonvensional dari perkembangan moral.
71. Primary Personality: kepribadian primer.
72. Problem behavior: tingkah laku bermasalah.
73. Psyche (jiwa) rage: kemarahan.
74. Regulatory behavior: tingkah laku yang mengatur.
75. Roughness: kekasaran, kesesatan.
76. Sanguine: riang penuh harapan dan optimis.
77. Self-control: kontrol diri.
78. Self consistency: kemantapan diri.
79. Social attitude: sikap sosial.
80. Social being: makhluk sosial.
81. Social consciousness: kesadaran sosial.
82. Social mind: jiwa/semangat sosial.
83. Sociopathic Personality: kepribadian sosiopatis.
84. Soul: jiwa, roh arwah.
85. Span of consciousness: rentang kesadaran.
86. Split-off consciousness: kesadaran terpecah.
87. Subconscius: bawah sadar/lubuk hati, hati kecil.
88. Seik consciousness: kesadaran diri.
89. Skill: keterampilan.
90. Social action: aksi sosial.
91. Social adjustment: penyesuaian diri sosial.
92. Social behavior: tingkah laku sosial.
93. Social control: kontrol sosial.
94. Social norm: norma sosial.
95. Survival value: nilai kelangsungan hidup.
96. Target behavior: tingkah laku sasaran.
97. Timidity: sifat takut atau malu.
98. Trait: sifat, ciri.
99. Unmoral: tidak bermoral.
100. Virtue: kebaikan, kebajikan.